Friday, November 25, 2016

Comment Pup, Isu SARA, dan Rasa Kemanusiaan (Part III - End)

Hi, All...

Menyambung postingan sebelumnya: Comment Pup, Isu SARA, dan Rasa Kemanusiaan (Part II) kali ini adalah postingan saya yang terakhir mengenai Rasa Kemanusiaan.

Sekali lagi saya himbau, untuk orang-orang yang mudah sekali tersinggung, atau sensitif tentang hal-hal seperti ini, ada baiknya kalian ga usah baca postingan ini. Ini adalah murni buah pemikiran saya sebagai manusia yang punya kebebasan berpendapat. Kalau kalian tidak setuju, silahkan dan tidak perlu ber'orasi' dan marah-marah sendiri. Be smart reader!

Well, saya harus tarik nafas dalam-dalam sebelum mulai menulis. Karena banyak sekali yang saya pikirkan dan semua berlomba-lomba untuk dituangkan ke dalam tulisan yang ada nanti kalau tidak tertatar malah amburadul tulisannya.

Hasil gambar untuk kemanusiaan

Yang paling mendekati sekarang ini tentang kemanusiaan ialah hilangnya seorang nyawa anak kecil bernama Intan Oliva. Saya tidak membicarakan masalah agama, kepercayaan atau apapun disini. Yang saya pertanyakan rasa kemanusiaan manusia itu sendiri. Tidak usah bicara masalah perang Israel - Palestina, tidak usah berkata tentang korban Rohingya, tidak usah berkomentar tentang bentrok apapun di negara luar.



Urus negara sendiri dulu, berkaca dengan diri sendiri dulu. Tidak usah bilang ini pengalihan isu, tidak perlu pertanyakan apa ini 'settingan' yang dibuat oleh oknum tertentu. Karena buat saya pribadi, saya merasa teriris. It's so broke my heart. Posisikan diri kita ketika kita memiliki anak yang belum mengerti apapun dan harus dikorbankan atas itu. We're not God who can freely take someone's life without any logical excuse. Rasanya rasa kemanusiaan kita memang sudah tumpul.

Manusia diciptakan berbeda dengan makhluk lainnya. Kita diberikan akal, budi, buah pemikiran, dan roh. Ketika Tuhan sudah memberikan itu semua kepada kita sebagai kelebihan dari semua makhluk yang ada, seharusnya kita lebih unggul dalam berpikir dan bertindak. Hewan, katakanlah harimau, membunuh sesama harimau atau mangsanya dengan tujuan untuk dikonsumsi/makan atau paling tidak mempertahankan hidupnya (defense). Sebagai kelangsungan hidupnya. Manusia membunuh manusia? Untuk apa? Jadi bahan konsumsi? Saya rasa tidak. Atau apa karena anak kecil ini membahayakan kelangsungan hidup pihak yang menge-bom? Saya pikir juga tidak.

Manusia membunuh, mencaci maki, menghakimi orang lain, karena rasa benci. Rasa benci menimbulkan ketidak manusiaan. Menjadikan kelebihan-kelebihan yang dititipkan Sang Khalik kepada manusia tadi menjadi tidak berguna.

Hasil gambar untuk kemanusiaan

Pandang ke sekeliling, tidak perlu tarik urat berkomentar tentang negara lain, daerah lain. Coba kamu pikir, kalau kamu masih tutup mata sama tetangga kamu yang butuh bantuan atau saudara kamu yang tidak punya biaya sekolah tapi kamu cuek aja namanya juga kamu tidak punya rasa untuk memanusiakan manusia.

Love and Regards,
F.


Share:

0 comments:

Post a Comment