Wednesday, November 30, 2016

Growing Friendship

Hi, Guys.

Tidak terasa sudah dipenghujung tahun 2016. Target apa yang sudah kalian capai? Dan target apa lagi yang dipersiapkan untuk dicapai di tahun depan?

Jujur saja, di tahun ini saya merasa berkat Tuhan begitu melimpah dalam kehidupan saya. Berkat itu bukan hanya materi semata, kesehatan dan orang-orang terkasih termasuk keluarga, sahabat dan teman disekeliling saya pun merupakan berkat yang tidak ternilai.

Hasil gambar untuk friendship quotes

Berbicara tentang orang terkasih terutama sahabat, semakin ke sini semakin saya menyadari banyak hal tentang persahabatan, tentang pemahaman dan arti sahabat dan pertemanan.

Biasanya kita memulai persahabatan dengan pertemanan terlebih dahulu. Kalau 'taste' dan 'feel' nya sesuai dengan kepribadian kita, endingnya kita bisa lanjut dengan bersahabat. Tergantung dari individunya masing-masing.


Dulu, saya suka merasa kurang populer kalau medsos saya friendlist cuma sedikit dan merasa 'aduh, koq temen gw perasaan dia dia lagi sih?'. Tapi, sekarang justru saya happy dengan pilihan teman saya sekarang. Paradigma itu berubah seiring bertambahnya pemahaman tentang pertemanan dan persahabatan.

Saya sampai disatu titik dimana dengan bangga bilang sahabat saya ya cuma 2-3 orang saja, termasuk suami saya. Karena orang-orang tersebut adalah orang yang benar-benar tahu kepribadian saya, orang-orang yang benar-benar menerima saya apa adanya. Orang-orang yang bisa mengerti saya dan punya taste dan feel yang sama.


Adakah orang yang 100% sempurna? Pastinya tidak. Tentu sahabat-sahabat saya juga begitu. Ada kekurangan tapi dibalik itu ada kelebihannya juga. Pun saya begitu. TAPI, kekurangan dan kelebihan itu bisa bersinergi dengan baik dengan saya dan menjadikan saya nyaman dan bisa bersandar kepada sahabat-sahabat saya dikala suka maupun duka.


Persahabatan buat saya sekarang ini menjadi lebih berarti, menjadi lebih paham makna seseorang yang bukan siapa-siapa menjadi orang yang bisa punya arti penting dalam kehidupan kita.

Saya sendiri lebih menghargai persahabatan saya bersama orang-orang yang saya kasihi. Bukan sekedar ketawa ketiwi terus hilang, bukan sekedar tiap hari bisa kontak tapi terus hilang, bukan sekedar menemani kita menghadapi hal-hal besar dalam hidup tapi terus waktu susah hilang.


Saya belajar untuk lebih mengasihi sahabat-sahabat saya, bukan cuma sekedar dipermukaan saja. Saya punya visi ke depan dimana saya ingin sahabat-sahabat saya dan saya bisa sama-sama punya kehidupan yang lebih baik, saya ingin mereka mereka maju. Yeap, saya punya impian seperti itu. Baca juga: ini sebagai bahan referensi dan pemahaman kita tentang persahabatan.


Happy friendship, guys. Cheers!
(Ketjcup Basah: Kikim, Choi, Misua, Ciput)

Love and Regards,
F.
Share:

Friday, November 25, 2016

Comment Pup, Isu SARA, dan Rasa Kemanusiaan (Part III - End)

Hi, All...

Menyambung postingan sebelumnya: Comment Pup, Isu SARA, dan Rasa Kemanusiaan (Part II) kali ini adalah postingan saya yang terakhir mengenai Rasa Kemanusiaan.

Sekali lagi saya himbau, untuk orang-orang yang mudah sekali tersinggung, atau sensitif tentang hal-hal seperti ini, ada baiknya kalian ga usah baca postingan ini. Ini adalah murni buah pemikiran saya sebagai manusia yang punya kebebasan berpendapat. Kalau kalian tidak setuju, silahkan dan tidak perlu ber'orasi' dan marah-marah sendiri. Be smart reader!

Well, saya harus tarik nafas dalam-dalam sebelum mulai menulis. Karena banyak sekali yang saya pikirkan dan semua berlomba-lomba untuk dituangkan ke dalam tulisan yang ada nanti kalau tidak tertatar malah amburadul tulisannya.

Hasil gambar untuk kemanusiaan

Yang paling mendekati sekarang ini tentang kemanusiaan ialah hilangnya seorang nyawa anak kecil bernama Intan Oliva. Saya tidak membicarakan masalah agama, kepercayaan atau apapun disini. Yang saya pertanyakan rasa kemanusiaan manusia itu sendiri. Tidak usah bicara masalah perang Israel - Palestina, tidak usah berkata tentang korban Rohingya, tidak usah berkomentar tentang bentrok apapun di negara luar.



Urus negara sendiri dulu, berkaca dengan diri sendiri dulu. Tidak usah bilang ini pengalihan isu, tidak perlu pertanyakan apa ini 'settingan' yang dibuat oleh oknum tertentu. Karena buat saya pribadi, saya merasa teriris. It's so broke my heart. Posisikan diri kita ketika kita memiliki anak yang belum mengerti apapun dan harus dikorbankan atas itu. We're not God who can freely take someone's life without any logical excuse. Rasanya rasa kemanusiaan kita memang sudah tumpul.

Manusia diciptakan berbeda dengan makhluk lainnya. Kita diberikan akal, budi, buah pemikiran, dan roh. Ketika Tuhan sudah memberikan itu semua kepada kita sebagai kelebihan dari semua makhluk yang ada, seharusnya kita lebih unggul dalam berpikir dan bertindak. Hewan, katakanlah harimau, membunuh sesama harimau atau mangsanya dengan tujuan untuk dikonsumsi/makan atau paling tidak mempertahankan hidupnya (defense). Sebagai kelangsungan hidupnya. Manusia membunuh manusia? Untuk apa? Jadi bahan konsumsi? Saya rasa tidak. Atau apa karena anak kecil ini membahayakan kelangsungan hidup pihak yang menge-bom? Saya pikir juga tidak.

Manusia membunuh, mencaci maki, menghakimi orang lain, karena rasa benci. Rasa benci menimbulkan ketidak manusiaan. Menjadikan kelebihan-kelebihan yang dititipkan Sang Khalik kepada manusia tadi menjadi tidak berguna.

Hasil gambar untuk kemanusiaan

Pandang ke sekeliling, tidak perlu tarik urat berkomentar tentang negara lain, daerah lain. Coba kamu pikir, kalau kamu masih tutup mata sama tetangga kamu yang butuh bantuan atau saudara kamu yang tidak punya biaya sekolah tapi kamu cuek aja namanya juga kamu tidak punya rasa untuk memanusiakan manusia.

Love and Regards,
F.


Share:

Wednesday, November 23, 2016

Earthy Brown Fall Makeup Tutorial

Hi, All...

Today, I come back with another tutorial. Since I have Inez Eyeshadow Pallet, I just can stop to not playing with it. Hehehe...

I know that fall season already passed and it already winter, but I too busy to edit all the picts and upload them in time. It's easy tutorial hope you try and enjoy it.



1 -2. Prime your eye lid, here I using Very Me Concealer from Oriflame. Spread the concealer and don't forget to highlight under brow bone too and blend well.



3 - 4. I always using transition color for every look and here I took my Sleek Eyeshadow Pallet - Oh So Special and dab "The Mail" shade to all over my lid.

5 - 6 -7. After that, moving to my Inez Pallet, and here I using "Raw Chestnut" shade and apply it in both corner of my eyes and let the center to be empty. Blend well using blended brush.



8-9-10. Take "Cognac" shade from the same pallet and dab in the center or your eyelid and lightly blend but not too much, keep the center of lid as a main focus with that shadow.

11 - 12. Back to the "Raw Chestnut" shade, using pointed brush, take the shade into under your waterline and blend it upward.

13 - 14. Take "Gateau" shade and put it on corner of eyes as highlight.

15. Finished all the eyeshadow and now move to eyeliner. Line your eyes, here I using Maybelline Hypersharp Black both for up and bottom line. Try to follow the natural eyeline without using cat liner.



16. Using the natural fake lashes to pop up your eyes.

17 - 18. Contour my face with Wardah Face Contour Kit. Not too much just only to define my face.

19. Make a blush from my Viva Eyeshadow Cream in "Merah" shade, only using my finger and blend it out.



20. Today, I decide to using Nude Lipstick from Wardah Lip Pallete Chocoaholic Shade mixing with Exc 41 and Exc 49 to get the color and finish.



Hope you enjoy all this tutorial and stay fabulous. 



Regards and Love,
F.
Share:

Tuesday, November 15, 2016

Comment Pup, Isu SARA, dan Rasa Kemanusiaan (Part II)

Hi, All...

Sebelum kalian baca part ini, ada baiknya kalian baca dulu part sebelumnya Comment Pup, Isu SARA, dan Rasa Kemanusiaan (Part I).

Ada baiknya juga kalau dipahami isi postingan saya ini bersifat pandangan pribadi saya. Jadi jika tidak setuju/suka, silahkan tutup postingan saya tanpa harus bikin huru-hara.

Back to topic, isu SARA. Topik SARA ini memang lagi happening banget. Padahal ini masalah sensitif dan menurut saya personal things. Ketika lahir, kita tidak bisa memilih mau dari Suku/Ras dari mana. Sang Pencipta sudah menentukan semuanya dari awal. Begitu juga dengan Agama/Keyakinan seseorang, buat saya itu adalah hubungan kita dengan Sang Khalik.

Kalau kalian lihat, saat ini Negara kita sedang 'diuji' mengenai isu ini. Isu yang menurut saya berlebihan dalam konteksnya. Semua disangkut pautkan. Membaca postingan saya sebelumnya, ada seseorang yang menyebutkan saya kafir. Padahal pengertian kafir sendiri itu apa sih? Menurut KBBI sih orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasulNya. Anehnya, saya percaya Allah. Lalu, pantaskah saya disebut kafir oleh orang yang bertemu sekali pun tidak dengan saya? Saya memiliki agama. Saya mempunyai kepercayaan. Agama dan kepercayaan saya berbeda dengan mayoritas agama di Negara kita. Lantas? Itukah jadi suatu pembenaran seseorang melakukan sesuatu yang tidak baik kepada yang lain?

Saya mengakui saya adalah makhluk berdosa, saya tidak pantas menasehati orang lain karena diri saya sendiri juga tidak jauh lebih baik. Seseorang berkata saya adalah batu hitam tak bercahaya, saya terima. Tokh, kenyataannya memang saya ini penuh dosa. Tapi, saya bersyukur kalau saya menyadari saya ini berdosa ketimbang orang yang mengata-ngatai saya. Mungkin dia sudah yakin kalau dirinya ini batu berlian yang cahayanya paling kuat - mungkin dan sekali lagi mungkin. Kalau memang merasa sudah paling benar dan paling suci, kenapa gak langsung masuk surga aja? Katanya surga lebih enak ketimbang duniawi? Tapi disuruh duluan tidak mau? Why??? Karena kita ini masih banyak dosa, masih harus mengkoresi diri sendiri: layak atau tidak kita berhadapan dengan Sang Pencipta.




Banyak orang yang sekarang ini merasa suci, bisa mengatasnamakan kejahatan di atas agama. Kalau dipikir lebih dalam, apakah benar memang ada ajaran seperti itu atau pemahaman orang tersebut yang salah terhadap suatu ajaran agama? Jadi, Tuhan mana yang kalian bela? Tuhan yang menciptakan alam semesta ini atau Tuhan yang kalian ciptakan menurut image yang sesuai dengan pemahaman kalian?

Kita hidup di negara yang mengakui adanya keberanekaragaman agama, budaya, suku, ras, bahasa, dsb. Seharusnya kita bangga akan keberagamannya itu, seperti suatu simponi musik yang indah dan selaras. Ada nilai-nilai yang harus diselaraskan dengan azas Bhineka Tunggal Ika, sehingga antara satu dengan yang lainnya harus saling menghormati, harus saling menghargai. Bukan mayoritas menginjak yang minoritas atau yang minoritas 'ngelunjakin' kaum mayoritas. Ada hal-hal yang bersinggungan antara satu dengan yang lainya harusnya dijadikan penguat, bukan sebagai alasan untuk pemecahan. Kalau kalian tidak bisa mentolerir hal tersebut, berarti khalifah kalian bukan di negara ini. Carilah negara yang sesuai dengan paham yang kalian anut. 



Oh iya, bagaimana dengan penyebutan kafir tadi? Saya pribadi tidak suka dikatakan kafir. Tapi, kalau orang mau menyebut saya kafir ya mau apa? Tokh, kepercayaan mereka harus menyebutkan kita seperti itu. Cuma mungkin, seharusnya ketika ada hal-hal bersinggungan seperti yang saya sebutkan sebelumnya harusnya bisa berlaku di sini. Saya memiliki agama, dan kalian juga. Baiknya kita membiasakan diri untuk menyebutkan agamanya, selama tidak menimbulkan dosa. Coba yang lain bilang saya umat kristiani? Ada dosa ga menyebut saya kristiani? Kalau tidak dosa, katakanlah itu. Karena selain lebih enak di dengar dan tidak bikin dosa, kalimatnya lebih santun, bikin orang tersenyum - yang katanya membuat orang tersenyum/bahagia akan mendapat pahala. See?



Sebagai tambahan: keluarga besar suami saya benar-benar imigran dari Arab tulen, orang Yaman, klan Alaydrus, klan Alatas dan masih banyak klan yang lain yang saya tidak tahu karena terlalu besar. Apakah mereka menyebut saya kafir? Nope. Sampai sekarang kami saling menghormati, mengasihi satu dengan yang lain. Jika Lebaran, kami datang mengucapkan maaf dan kalau Natal mereka bergantian mengucapkan selamat Natal.

Sebagai penutup, saya hanya membagikan link video ini, mungkin bisa jadi bahan perenungan, sebenarnya kita menyembah Tuhan atau manusia berbalut (yang mengaku) utusan tuhan?


Regards and Love,
F.
Share:

Comment Pup, Isu SARA, dan Rasa Kemanusiaan (Part I)

Hi, All.

Sebelum saya mulai postingan saya hari ini, ada baiknya kalian ambil cemilan dulu, karena selain temanya yang berat, isi tulisannya sendiri juga lumayan panjang.

Sebagai catatan, tulisan ini adalah sudut pandang saya sebagai pribadi, kalau suka silahkan teruskan baca sampai habis kalau tidak ya leave saja pagenya, tidak usah pakai urat lalu 'misah-misuh' bikin rusuh.




Yang pertama yang akan saya bahas ialah Comment Pup a.k.a komentar eek. Kenapa saya sefrontal itu menyebutkannya? Karena saya benar-benar kesal terhadap orang-orang yang bisanya cuma komentar di dunia maya dan bikin rusuh. As for your info, dunia internet sekarang memungkinkan segala sesuatunya terbuka, mulai dari berita, gosip, sampai nyari uang pun bisa dilakukan di depan komputer which is good. 

Tapi, buat sebagian orang di luar sana, kebaikan era internet ini disalah gunakan dan timbulah si comment - comment eek ini. Bahkan tidak jarang jadi comment war yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan isi konten yang dikomentarkan. Hal ini terkadang bikin saya gemes dan tak jarang emosi sendiri.




Hal ini terjadi beberapa kali dengan saya, belum lama ini kita dihebohkan dengan kejadian dugaan penistaan agama oleh pihak tertentu (ini berhubungan dengan isu SARA). Saya pribadi tidak pernah ambil pusing. Karena apapun hasilnya nanti tidak akan berpengaruh banyak untuk daerah saya. Saya cuma menyayangkan seorang anak bangsa yang berpotensi tinggi ditumbalkan hanya demi kepentingan sekelompok orang yang ingin bangsa ini ga maju. Aneh memang. Ternyata memang ada lho orang yang ingin negara ini tidak maju.

Balik lagi ke komentar eek tersebut, singkatnya terjadilah aksi yang katanya damai itu, namun diwarnai dengan tembakan gas air mata. Di facebook saya, ada seorang yang bertanya, "aduh, kenapa harus ditembakkan gas air mata sih?". Awalnya saya cuma diam, tidak mau ambil sikap, mungkin orang ini ga mudeng sama berita di tv, saya akhirnya menjawab komentar tersebut: "Bu, ibu bisa lihat sendiri di berita, batas waktu yang ditentukan hanya sampai pukul 18.00 dan sampai sekarang massa tidak mau bubar dan bersifat perlawanan diberitahu dengan pengeras suara tidak bergeming sehingga harus dibubarkan dengan gas air mata." Well, coba telaah kata-kata saya ini. Apakah menjawab pertanyaan si Ibu ini? Dibaca berulang kali pun konteksnya sama dia menanyakan kenapa ditembakkan gas air mata dan jawabannya sudah diberikan. And you know what? Komentar eek apa yang dibalaskan kepada saya: "Kamu ini tidak akan pernah tahu, karena kamu ini kafir seperti batu hitam yang tidak bercahaya. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kamu."




What the f**k? Apa artinya? Komentarnya tidak sesuai dengan isi konteks pertanyaannya. Hal ini bikin saya uring-uringan karena jawaban saya sama sekali tidak ada maksud menyetil sedikit pun mengenai agama/kepercayaan/whatever (saya menyampaikan fakta yang sebenarnya) dan sebaliknya saya malah dibilang batu hitam tak bercahaya???!!! Mungkin orang ini kurang piknik. Ternyata benar pas saya lihat profil orangnya, cuma bisa bilang: 'duh, sedih amat'. Done! Mulai dari situ saya hapus dan non aktifkan komentarnya. Selesai. Tidak mau ambil pusing.




Berkomentar boleh lah, but be smart. Handphonenya saja sudah smartphone, masa kalah sama handphone? Komentar-komentar eek tersebut kadang bikin saya sendiri kurang produktif, menjadi uring-uringan dan bete sendiri. Padahal, saya yakin kalau face to face langsung biasanya orang yang berkomentar eek ini otaknya dangkal, tidak bisa terima kenyataan, dan hidupnya yah itu tadi: kurang piknik. Jadilah mereka membuat komentar yang ga guna, menjatuhkan orang lain, dan merasa paling benar sedunia.

Melalui tulisan ini, saya mengajak kita semua, cobalah menjadi peng-comment yang bijak. Biasakan mengerti dulu isi kontent yang akan dikomentari. Bukan sekedar 'plak kejuplak' comment. Karena dari situ tercerminkan kamu yang sebenarnya. Jangan sampe jadi peng-comment yang kebanyakan konsumsi micin. Jadi ndasmu isinya cuma muter-muter disitu.


Continue to part II...

Regards and Love,
F.
Share:

Thursday, November 10, 2016

Friday, November 4, 2016

Inez Professional Eye Shadow Pallet 15 Color Review




Hi, All...

Hari ini, saya mau bahas salah satu eye shadow pallet brand lokal, Inez. Sebenarnya, eye shadow pallet yang saya incar bukan ini, melainkan Sariayu Eyeshadow Pallet 25 Warna.

Credit Picts: Salah Satu Toko Online di Toko Pedia


Berhubung sulit banget untuk mendapatkan pallet yang satu ini, saya beralih ke brand Inez. Sebelumnya, saya punya Inez Venice Pallet dan warnanya pigmented dan mudah diblend. Setelah cari info dan browsing sana sini, Inez Professional Eyeshadow Pallet ini punya rate yang cukup baik dan mudah dicari. Kalian bisa ke website resmi Inez dan langsung beli disitu.

Langsung ke reviewnya saja ya:

1. Packaging
Makin ke sini, rasanya produk lokal makin 'berbenah' dengan urusan packaging/kemasan sepertinya. Saya pribadi sih acungin jempol banget, designnya sleek dan terlihat professional (yah, mungkin karena ditujukan kepada pemakai professional seperti MUA/Bridal/Salon). Handy, ringan, dan simple.


Box Kemasan

Inez Professional Eye Shadow Pallet 15 Color


Pada ujung bawah terdapat embos logo Inez - pun di dalamnya eyeshadownya sendiri di embos logo Inez pada setiap pan-nya, banyak yang menyayangkan tidak ada cermin di dalamnya, mungkin seperti yang saya bilang tadi, tujuannya untuk professional jadi tidak untuk pemakaian sehari-hari dimana untuk pengaplikasiannya membutuhkan cermin. Tapi, lebih kepada para professional yang pastinya sudah punya cermin dan perlengkapan lebih lengkap, penambahan cermin pada kemasan malah membuat produknya sendiri lebih rentan pecah dan tidak travel friendly.

2. Color and Pigmentation
Warna pada series ini lebih bright ketimbang series naturalnya. Pigmentasinya bagus dan mudah di blend. Tanpa eyebase/eye primer pun warnanya sudah keluar, saya pernah seharian menggunakan eyeshadow ini tanpa base dari pagi sampai malam warnanya tidak cracking.




Secara warna dan pigmentasi top! Yang saya sayangkan sebenarnya, kenapa sih eyeshadow lokal itu warna-warnanya di dominasi oleh shimmer? Walaupun disini shimmernya tidak lebay/berlebihan, masih oke lah. Warna matte nya itu lho yang kurang didevelop. Berikut swatchnya:

Pan Atas: Charcoal Black - Pale Grey - Pure Pearl - Pale Rose - Vivid Violet





Pan Tengah: Ultramarine - Bright Truquoise - Darn Fern - Forest Green - Buttercup




Pan Bawah: Crimson - Egyptian Sable - Cognac - Raw Chestnut - Natural Peach



3. Texture
Hampir semua kualitas texture dari eyeshadow ini cukup buttery dan gampang diblend. Ada 1 atau 2 warna yang terasa agak 'kering' tapi bukan berarti jelek, masih dalam kadar bagus, karena saya tahu tidak semua pigment warna itu sama sifatnya. Fall out nya cukup banyak kalau terlalu kasar memblendnya. Jadi, perlu hati-hati ketika membubuhkan warna, lebih baik diaplikasikan sedikit demi sedikit untuk built warnanya sesuai dengan yang kita mau.


4. Price
Untuk ukuran pallet yang pigmented ini, harga yang dibandrol berkisar Rp 190,000 - Rp 250,000 masih reasonable menurut saya. Kualitasnya juara dan tidak kalah dengan imported eyeshadow yang lain.

So far, saya recommended eyeshadow ini buat kalian, terlebih para professional MUA, pilihan warnanya banyak dan kualitasnya ok. Jangan malu lah kalau pakai barang lokal, kalau kualitasnya juara. Dibanding kalian pakai imported brand abal-abal atau yang kualitasnya tidak sebagus produk lokal hanya karena 'gengsi'.



Love and Regards,
F.
Share:

Tuesday, November 1, 2016

Price MUA vs Salon Rumahan?

Hi, All.

Pendapat pribadi dan tidak bermaksud menyinggung, menjelekan, ataupun merugikan pihak manapun.

Banyak orang yang ‘membandingkan’ antara harga makeup di salon dan harga MUA, kenapa harga MUA lebih mahal ketimbang harga makeup di salon? Banyak MUA terlebih yang sudah punya nama (dan skill khususnya) mematok harga tinggi untuk sekali menggunakan jasanya.

Jujur saya, saya tipe MUA yang sedang mencari nama, harga saya masih terbilang rendah dibandingkan MUA yang lain dengan pemakaian produk yang sama. Kenapa sih harga MUA berbeda dengan harga salon?

1.      Skill yang Bermodal
MUA yang baik, pasti setidaknya memiliki skill yang baik dan kebanyakan mereka pasti menempuh pendidikan atau setidaknya kursus yang pasti menguras waktu, tenaga, dan pastinya uang. Kursus ditempat yang oke/baik pasti harganya tidak murah. Hal ini yang kadang orang luar tidak tahu, yang mereka mengerti hanya ‘teplok-teplok’ bedak, pulas eyeshadow, pasang bulumata dan lipstik. Padahal, tekniknya jauh dari sekedar itu. MUA yang baik pasti ingin klient dan customernya puas dengan hasilnya dan perlu diketahui bahwa setiap struktur wajah orang itu berbeda, dan berbeda pula tekniknya. Pengalaman saya kalau di salon, mereka tidak menerapkan hal itu. Semua dipukul rata, mau sipit, mau bulat, mau berjerawat, mau berminyak/kering semua tekniknya sama. Mungkin ada beberapa salon yang tidak seperti itu, tapi coba dech compare harganya. See?




2.      Product
Salon memiliki kerjasama dengan brand tertentu, atau mereka akan cari produk yang murah dengan kualitas standard demi mengejar harga. 



Boleh sih. Saya bukan bilang saklek ga boleh, saya juga kadang begitu kalau dapet klient yang low budget. Maksud saya di sini, kalau dengan MUA, customer bisa request produk yang ingin mereka pakai tentunya dengan penyesuaian harga dan perlu diingat rata-rata MUA yang saya tahu, selalu pakai brand tertentu dengan kualitas yang diatas rata-rata. Minimal mereka selalu mengunakan produk lokal yang high end.




3.      Service
We will come to your place. MUA yang saya kenal selalu datang ke tempat customer, sehingga menghemat waktu. Yah, kalau tempatnya jauh pastilah kena biaya transport, wajarlah, kita tuh bawa beauty case dan peretelannya yang tidak sedikit. Service lainnya adalah konsen akan kebutuhan per client. Pernah liat salon yang bisa makeup 20 orang sekaligus? Nah, yakin hasilnya oke per setiap orangnya? Makeup itu butuh ketelatenan, makanya take time and effort. Jujur saja, saya sendiri suka capai kalau sudah handle lebih dari 5 orang sendiri, hasilnya jadi kurang oke. Makanya biasanya MUA saling kerjasama bila ada customer yang ber-group/kelompok, supaya hasilnya bisa maksimal per klient.


Mungkin masih banyak lagi kelebihan yang lain, tapi bukannya saya tidak suka atau menjelekan hasil makeup salon. Banyak koq makeup salon yang bagus dengan kualitas oke, tapi jujur aja harganya juga lebih mahal.

Yang saya sayangkan, kadang customer/klient suka tidak mengerti dan menawar dengan harga yang diluar batas. Sedih rasanya, hasil karya dihargai murah padahal effort yang dikeluarkan tidak murah. Untuk ongkos transport saja kadang hasilnya malah remis/seri, tanpa ada untung, padahal harga foundie, bedak, bulu mata, dan lainnya itu sudah mahal.



Postingan ini hanya pendapat saya pribadi, mungkin bisa mengubah mindset atau cara pandang orang luar terhadap MUA dan jangan tanya kenapa harga di salon itu lebih murah. Hal ini supaya kami MUA lebih dihargai, banyak yang menggantungkan hidup dengan profesi ini. Semoga ini bisa menginspirasi kalian.


Regards and Love,
F.


Share: