Thursday, February 28, 2019

Penolakan ketika Jadi Agen Asuransi


“Jangan tawarin gw asuransi ya!”


Kalimat itu keluar dari salah satu teman baik saya ketika dia tahu bahwa saya baru join jadi agen asuransi. Sebenarnya tanpa dia ngomong gitu pun saya juga tidak akan tawarkan asuransi ke dia. Gak ngerti sih kenapa sebenernya dia maen langsung ‘tembak’ gitu padahal denger apapun dari mulut saya aja belum. Gak nyalahin juga kalau mindset orang memang beda-beda dengar kata asuransi. Jangankan dia, penolakan paling awal saya dapat dari suami saya sendiri, yang dimana orang yang terdekat sama saya.

Cuma agak bingung aja, dulu waktu seumuran temen deket saya ini (dia lebih muda 5 tahun), saya malah udah ikut jadi nasabah asuransi selama 2 tahun. Artinya diumur 23tahun saya sudah lebih ‘melek’ proteksi kesehatan, jiwa, dan investasi ketimbang dia.

Hasil gambar untuk when should i start life insurance

Sempat tanya di FB apa ada yang punya pengalaman buruk asuransi? Dan nope tidak ada respond jelek. Pengalaman saya cairin dana dari 3 asuransi berbeda tidak ada masalah, dana dikembalikan sesuai dengan perjanjian premi. 1 dari Cign*, 1 dari Pr*de*ti*l, 1 dari Wan* *rtha, semua saya tutup sebelum masa polis berakhir, dan fine-fine saja, palingan dari CS mereka cuma sekedar tanya kenapa ditutup/ga sayang bu? Dan bla bla lainnya, jawab aja iya gak papa saya mau tetap surrender, tokh mereka gak akan nahan-nahan koq. Dana nya pun cair langsung ke rekening 5-10 hari dari kita serahin lengkap buku polis, kartu, copy ktp, form, dan copy buku hal depan rekening.

Jadi, jeleknya dimana? Hampir sama koq prosesnya seperti deposito di bank, yang mengharuskan waktu tertentu untuk cair, kalau ga yah bunganya tidak dibayarkan. Feeling saya orang men-cap jelek karena janji agen nya. Di awal-awal saya buka asuransi (sebagai nasabah), saya cuma dijelaskan bahwa ini proteksi sekaligus investasi, dalam jangka waktu 10 tahun bisa kembali sekian rupiah dan buat saya yang waktu itu ‘buta’ masalah seperti ini, yah iya-iya aja join dan berharap setelah 10 tahun saya pegang uang sekian rupiah. TAPI, nyatanya enggak. Banyak hal-hal di dalam asuransi itu yang harus kita sebagai konsumen MENGERTI DAN PAHAMI. Apa yang diambil dan apa yang dibayarkan. Jadi, gak ada lagi kisah kecewa masuk RS tetep nombok, udah nabung sekian tahun tapi dananya nyatanya cm segini, dan bla-bla yang lain.

Hasil gambar untuk insurance

Mengedukasi orang itu susahnya minta ampun. Ambil contoh temen baik saya tadi yang saya ceritakan di awal. Belum lama ini dia sakit, kena DB dan typus, kondisi lemah parah, masuk rumah sakit dengan BPJS, dan you know what, di IGD 2 jam dan no action. Itu cerita dari dia sendiri, saya ga lebih-lebihkan, mau pindah RS tapi harus lihat-lihat dulu RS yang mana, klo sedikit elit (baca bagus fasilitas dan pelayanannya) gak berani karena tidak ada terima BPJS. Akhirnya bawa pulang lagi, muter-muter cari RS yang ada kamarnya dengan jaminan BPJS, akhirnya dapet kamar di salah satu RS jam 2 pagi! Wow...

Untungnya (masih ada untung-orang Indo, biasa... XD), kondisi dia masih kuat, walaupun uda lemes banget dengan trombosit jauh di bawah orang normal. Kalau kita bicara kondisi lain seperti sakit kritis (jantung, hati, dll) dengan situasi pencarian RS kaya dia mah, udah “lewat” kali. Akhirnya dia dirawat dan sudah sembuh kembali ke aktifitas normal. Tapi, begitu sehat dan tau saya masuk agen ya itu kalimat yang pertama kali keluar dari mulutnya kalian bisa baca diatas.

Apa orangnya tidak punya uang sama sekali? Nope. Dia berpenghasilan, kerja dan karirnya bagus. Malahan dapat promosi yang gajinya tinggi lebih dari saya. Tapi untuk mengambil asuransi dia gak mau, entah apa alasannya. Mungkin ga rela kalau sebagian kecil uangnya disimpan (tanpa bisa diambil sebelum 10 tahun), kaya semacam, akh klo nabung di ATM bank aja, tokh gw klo butuh bisa ambil. Padahal asuransi harusnya bukan dana yang untuk diambil dalam jangka pendek. Karena kesehatan dan nyawa manusia itu bukan cuma di hargai 10 tahun aja. Masa iya sisa umur kita ditaruhkan cuma dalam waktu 2-3 tahun? Ya enggak donk. Sebisa mungkin semasa hidup kita, kita proteksi. Sehingga nanti waktu sakit atau tutup mata pun gak ninggalin beban gak ninggalin penyesalan.

Hasil gambar untuk insurance

Sebagai ‘new’ agen asuransi, saya ini masih minim banget pengalaman, minim banget pengetahuan. Ibarat mau perang yah ga ada senjatanya, tapi saya dituntut untuk jadi agen yang mengedukasi calon nasabah saya. Kasih tau mana yang bener tentang asuransi dan mana yang cocok untuk kebutuhan nasabah, bukan hanya sekedar cari komisi juga. Btw, kalian tau kenapa komisi agen itu menggiurkan, kerja dan tanggung jawabnya BERAT. Bayangin mengedukasi orang-orang yang masih primitif pemikirannya dan sekalinya orang tersebut mau buka asuransi sama kita, kita akan mengemban misi untuk ‘menyelamatkan’ kehidupan orang tersebut. Bukan cuma, buka tanda tangan, bayar dan bye! Tapi agen yang bertanggung jawab lebih dari sekedar itu. Makanya sekalinya bisa tembus target yah ada ‘harga’ yang dibayar dari tanggung jawab tersebut. Jangan mikir: “enak banget nasabah yang nabung, dia yang jalan-jalan ke Korea!” Lah, ini mah sama aja klo saya balikin: “Enak banget otak tenaga lu dipakai perusahaan sampai usia pensiun, tapi koq lu masih kaga kaya, sekaya bos elu?! Padahal bos elu cm tanda tangan, diem duduk, merintah elu, ya gitu-gitu aja?” Tanpa tahu tanggung jawab bos kita adalah bisa memberi nafkah kepada sekian ribu orang dan memajukan perusahaan di tengah kompetitor yang makin banyak.

Ok, fixed. Segitu aja postingan yang jadi ajang curhat kali ini. Kalian punya pengalaman seputar asuransi? Share donk. Atau mau tau lebih banyak? Let me know ya...



Love and Regards,
F.

Share:

0 comments:

Post a Comment